Showing posts with label education. Show all posts
Kebiasaan Orang Jepang Dalam Sehari Hari
Jepang terkenal dengan kedisiplinannya. Itulah kenapa saya
sangat memimpikan untuk bisa berangkat kesana, baik untuk bekerja maupun untuk
belajar atau sekedar berlibur. Saya sangat ingin pergi ke Jepang! Back to
Basic, tatakrama orang jepang, dari mana itu bisa terbentuk?? Silahkan baca
artikel dibawah ini:
Pendidikan moral di dalam bahasa Jepang disebut
‘Doutokukyouiku‘. Kata doutoku berarti moral dan kyouiku berarti pendidikan.
Kata ‘Doutoku‘ terdiri dari dua kata yaitu ‘dou‘ yang berarti jalan dan kata
‘toku‘ yang berarti virtue atau kebaikan. Penggunaan kata ‘dou‘ dalam
terminologi Jepang banyak sekali, misalnya judou, kendou, akidou (olahraga
tradisional Jepang), shodou (kaligrafi), sadou (tradisi minum teh) yang dalam
pemahaman orang Jepang memerlukan ketekunan untuk mencapai taraf tertinggi.
Demikian pula moral atau kebaikan, memerlukan ketekunan untuk menemukan ‘jalan’
mencapainya.
Karenanya, pendidikan moral di sekolah-sekolah di Jepang
tidak diajarkan sebagai sebuah mata pelajaran khusus, tetapi diintegrasikan
dalam semua mata pelajaran (kalo ditempat Indonesia jelas terpisah, misal
pelajaran PPKn/ PMP).
Secara khusus wali kelas bertanggung jawab untuk
mendiskusikan aturan kelas, aturan bermain bersama, atau hubungan kerjasama
antaranggota kelas dalam 35 jam setiap tahun di SD dan SMP. Dalam pelajaran
lain seperti seikatsuka atau pendidikan tentang kehidupan sehari-hari, siswa SD
diajari tatacara menyeberang jalan, adab di dalam kereta, yang tidak saja
berupa teori, tetapi guru juga mengajak mereka untuk bersama naik kereta dan
mempraktikkannya. Wali kelas juga menyampaikan kasus pelanggaran, dan mengajak
siswa untuk mendiskusikan pemecahannya. Pendidikan moral di SMA selanjutnya
menjadi pendidikan kewarganegaraan. Pembekalan prinsip dasar hidup yang kuat di
masa pendidikan dasar inilah yang membuat kedisiplinan dan keteraturan dalam
masyarakat Jepang.
Berikut beberapa contoh Tatakrama dalam kehidupan masyarakat
Jepang :
1) Tatakrama ketika makan
Tatakrama makan merupakan suatu keharusan. Dari set
peralatan makan yang tetap untuk tiap orang, pengaturan tempat duduk yang sudah
jelas (posisi tempat duduk tiap anggota keluarga), dan paling penting ungkapan
yang harus diucapkan sebelum dan sesudah makan
Orang Jepang selalu mengucapkan “itadakimasu” sebelum acara
makan disertai dengan menangkupkan kedua tangan seperti berdoa. Meskipun
kemudian kadang hanya mengucapkan “itadakimasu” tanpa menangkupkan kedua
tangannya. Pasangan dari “itadakimasu” adalah “gochisosama”, yang biasa
diucapkan segera setelah selesai makan.
sumber
Ini menunjukkan orang Jepang selalu bersyukur akan semua
yang telah didapatnya. Kalau muslim, biasanya membaca “Bismillah” sebelum
melakukan sesuatu termasuk makan dan “Alhamdulillah” setelah selesai melakukan
sesuatu termasuk makan sebagai rasa syukur.
2) Adab memperkenalkan diri dalam bisnis
Orang jepang menggunakan Kartu nama bisnis (meishi/名刺),
biasanya mempunyai dua sisi yang menampilkan data diri si pemilik. Sisi depan
dengan bahasa Jepang sedangkan di sisi belakangnya dengan alfabet atau bahasa
Inggris. Berikut tata cara bertukar kartu nama bisnis yang berlaku di Jepang:
Pertukaran kartu nama bisnis dilakukan berdiri.
Yang menyerahkan kartu nama lebih dahulu adalah tamu, yang lebih
muda, atau lebih rendah jabatannya.
Jika ada seorang yang memperkenalkan, maka yang lebih dulu
menyerahkan kartu nama adalah yang diperkenalkan duluan.
Menyerahkan kartu nama milik sendiri dengan tangan kanan.
Menerima kartu nama orang dengan kedua tangan.
Setelah Anda menghapalkan nama, jabatan, dan nama perusahaan
orang tersebut, simpanlah kartu namanya di dalam tempat kartu nama (meishi ire/
名刺入れ).
Jika menerima kartu nama dari beberapa orang sekaligus,
boleh membariskan kartu nama mereka di atas meja untuk menghapalkan. Tetapi
tidak boleh lama-lama. Setelah itu segera simpan kartu nama di dalam tempat
kartu nama yang disebut meishi ire / 名刺入れ. Menyimpan kartu nama orang lain
langsung di dalam saku itu tidak sopan. Apalagi menyimpan dikantong celana
belakang itu adalah merendahkan.
Mencatat sesuatu di atas kartu nama orang lain saat orangnya
ada di depan kita juga tidak sopan. Jikan ingin mencatat sesuatu, lakukan
setelah orang itu sudah pergi.
Sumber
3. Adab di tempat umum
Orang Jepang sangat menjaga kesopanan. Mereka mematuhi
norma-norma, misalnya tidak menelepon, berbicara keras, dan beberapa tindakan
yang mengganggu orang lain. Kerapihan, ketertiban dan kedisiplinan warga Jepang
memang patut diacungi Jempol. Bahkan saat mengantri masuk ke dalam kereta.
Tidak ada yang berebut, anak kecil pun berdiri sabar menunggu giliran (berbeda
sekali dengan di tempat kita, bahkan kadang ada saja bapak-bapak merokok
disamping kita tanpa wajah berdosa)
4. Tatakrama menghormati orang lain
Meskipun mengucapkan salam sambil membungkuk dalah hal yang
amat sering kita lihat di Jepang. Sikap semakin membungkuk menunjukkan derajat
hormat seseorang dan semakin menghormati orang lain.
5. Adab bersikap dan etika umum lainnya yang merupakan
kelebihan Jepang:
HADIAH :
Dalam kehidupan sosial bangsa Jepang, memberi dan menerima
hadiah adalah bagian yang penting, kadang sebagai tanda terima kasih. Hadiah
biasanya tidak langsung dibuka dihadapan pemberi hadiah.
CARA DUDUK :
Dalam ruangan tatami, biasanya tidak terdapat kursi atau
bangku. Tata-krama Jepang mengharuskan pria/ wanita duduk dengan kaki dilipat
dalam suasana formil. Setelah beberapa saat, bila kaki kita sudah terasa
kesemutan, wanita dapat duduk menyamping dan pria dapat duduk bersila.
MASKER :
Gunakanlah masker waktu terserang Flu, supaya tidak
menularkan kepada Orang Lain. Makanya kita sering melihat orang Jepang memakai
masker
AJAKAN DATANG KE RUMAH :
Kalau mendapatkan ajakan main ke rumah (asobini kite
kudasai) untuk pertama kali, sebaiknya kita menolak dengan mengucapkan terima
kasih. Seringkali ajakan tersebut bukan ajakan yang sebenarnya. Apabila tuan
rumah memang serius hendak mengundang, maka ia akan mengulangi ajakan tersebut.
Untuk yang ketiga kalinya, barulah kita menerima ajakan atau undangan main tersebut
dengan membuat janji.
BERKUNJUNG :
Bila tuan rumah hanya mengundang satu orang saja, maka
sebaiknya tidak mengajak teman waktu berkunjung. Bawalah sekedar oleh-oleh,
ketuklah pintu tidak lebih dari 2 kali, kalau tidak terdengar ulangi sekali
lagi. Tinggalkan sepatu yang kita pakai dalam keadaan terjejer rapi, dan untuk
pelayanan kepada tamu, biasanya nyonya rumah akan merapikan letak sepatu kita
menghadap ke luar rumah agar kita dapat segera menggunakannya kembali saat
meninggalkan rumah.
TOILET :
Apapun jenisnya tidak tersedia gayung ataupun ember untuk
menyiram di dalam toilet, Gunakanlah kertas toilet yang tersedia untuk
membersihkan diri, sehingga tidak membasahi toilet yang biasanya selalu dalam
keadaan kering.
MENJADI TETANGGA BARU :
Ketika baru saja menempati rumah atau apartment baru,
menyempatkan diri memperkenalkan diri kepada tetangga. Sebaiknya kalau
bisa,dengan membawa hadiah seperti handuk atau sabun yang dibungkus rapi.
Utamakan tetangga bawah dulu, kemudian tetangga kanan dan kiri. Alasannya,
tetangga bawah kita adalah tetangga yang kemungkinan besar paling terganggu
dengan suara-suara ketika kita sedang mengatur barang-barang pindahan.
NAIK SEPEDA DAN JALAN KAKI :
Di Tokyo jarang ada tempat parkir. Kalau pun ada, harganya
mahal. Dan jangan coba-coba parkir sembarangan, atau melebihi batas maksimal
waktu yang dibolehkan. Bisa-bisa mobil kita ditempeli surat oleh polisi. Sudah
irit tanpa bahan bakar bensin, juga badan jadi sehat. Sudah lazim di berbagai
gedung terdapat parkir sepeda. Mulai dari orang kecil sampai orang besar,
mereka biasa bersepeda. Di Jepang tidak ada istilah pamer motor atau mobil
bagus.
TIDAK MAU MENGAMBIL YANG BUKAN HAKNYA :
Masyarakat Jepang mempunyai kebiasaan baik, yaitu melaporkan
kepada polisi bila menemukan barang temuan atau barang hilang. Kalau ada orang
kehilangan dompet di tempat umum, 90 – 100% kemungkinan dompet itu akan kembali
kepada kita. Terutama bila ada kartu nama atau ID card-nya.
MENGHARGAI TENAGA MANUSIA :
Di Jepang, Hampir semua tenaga kerja dibayar mahal dan
katanya kalau mau saja, seseorang boleh kerja parttime dan dibayar dengan upah
besar yang bisa buat berlibur ke pulau Bali. Dan yang paling menarik, perbedaan
nilai gaji pegawai rendahan atau kuli bangunan tidak terpaut terlalu jauh
dengan gaji pejabat tinggi. Makanya sangat jarang terjadi demo kenaikan upah
atau menuntut kesejahteraan di Jepang sebab semua kebutuhan buruh terpenuhi.
BUDAYA MALU:
Di Jepang, Semua punya budaya malu yang tinggi, misalnya ada
pejabat yang merasa gagal dalam memegang dan menjalankan amanah, mereka tidak
segan-segan mengundurkan diri karena rasa malu.
MEMINTA MAAF DAN TERIMA KASIH :
Orang Jepang juga terkenal sopan dan ramah misalnya mereka
sedikit menyenggol ketika di jalan spontan mereka bilang “sumimasen” untuk
meminta maaf (meskipun bukan kesalahan mereka). Atau penjaga tiket setelah
memeriksa tiket kita, mereka selalu berterima kasih sambil membungkuk.
Tatakrama Orang jepang, Kebudayaan Jepang Adat istiadat dan Hal Tabu
Di Jepang bukan hal sulit untuk menemukan para remaja putri
yang mempelajari upacara minum teh “chadou” dan belajar budaya merangkai bunga
“kadou” selepas menonton bioskop. Kuil-kuil kuno tegak berdiri berdampingan
dengan padatnya gedung-gedung pencakar langit di Jepang. Inilah gambaran Jepang
yang berhasil menjaga norma tradisionalnya seiring dengan kemajuan masa.Berikut
adalah beberapa seni tradisional dan adat istiadat yang tetap dipegang teguh
oleh masyarakat hingga kini,
1. Upacara merangkai bunga (ikebana)
Upacara merangkai bunga ini merupakan seni dasar di jepang
yang telah mengalami evolusi selama 7 abad lamanya. Ikebana dulunya berawal
dari tradisi mempersembahkan bunga ke kuil Buddha di Jepang.
2. Bunga Sakura
Jepang sangat identik dengan bunga sakura atau yang bisa
disebut dengan cherry blossom. Masyarakat Jepang sendiri sangat bangga dengan
keberadaan bunga ini. Hampir setiap kali musim berbunga, masyarakat Jepang
menyempatkan diri untuk hadir meramaikan festival cherry blossom setiap
tahunnya. Bunga sakura bahkan telah menjadi simbol nasional di Jepang, terbukti
dengan seringnya para petinggi Jepang menggunakan lambang sakura sebagai label
pin pada jas mereka. Motif bunga Sakura juga seringkali muncul pada berbagai
kerajinan khas Jepang, seperti yukata, kimono, kipas, dan masih banyak lagi.
3. Ojigi dan Berjabat Tangan
Ketika bertemu dengan orang asing yang belum dikenal, orang
Jepang biasanya lebih lebih menyukai jabatan tangan ringan daripada berpelukan
ala orang eropa. Jika bertemu dengan rekannya, mereka lebih suka membungkukkan
badan (ojigi) sebagai pertanda hormat.
4. Adat menggunakan sumpit dan duduk saat makan
Adat istiadat di Jepang mengharuskan seseorang untuk duduk
sembari menggunakan sumpit saat makan. Penggunaan sumpit sebenarnya berasal
dari China dan mulai digunakan di jepang pada masa Nara (tahun 710-794 M).
5. Festival Seijin shiki
Di Jepang, sorang remaja baru dikatakan berubah menjadi
orang dewasa setelah mengikuti upacara orang dewasa yang dinamakan Sheijin
Shiki (成人式). Upacara ini diikuti oleh seluruh remaja yang menginjak usia 20
tahun pada tahun itu. Para remaja wanita biasanya menggunakan kimono paling
indah yang mereka miliki, sedangkan untuk pria biasanya hanya menggunakan
setelan jas.
6. Pantangan dan hal tabu di jepang
Masyarakat Jepang dikenal memiliki banyak pantangan untuk
dilakukan karena dianggap tabu. Misalnya seseorang sebaiknya tidak menggunakan
pakaian berwarna hitam atau ungu pada saat menghadiri acara bernuansa suka
cita, karena warna tersebut dianggap melambangkan kesedihan, begitu juga dengan
warna hijau. Warna putih atau kuning lebih disarankan karena melambangkan
keceriaan.
Penggunaan angka “4” dan “9” juga dianggap tabu di jepang,
itulah mengapa Anda terkadang tidak akan menemukan lantai 5 langsung setelah
lantai 3 di sebuah bangunan bertingkat. Hal lain yang juga dianggap tabu adalah
menggunting kuku, mencuci, dan menjemur pakaian di malam hari. Tidur menghadap
ke utara juga tidak disarankan karena mirip dengan orang meninggal (orang yang
meninggal di Jepang biasanya kepalanya dihadapkan ke utara). Memegang rambut
atau pakaian saat makan juga tidak diperbolehkan karena dianggap kotor dan
tidak sopan.
Mengapa orang Jepang pintar pintar dan maju
Mengapa orang Jepang itu pada pinter-pinter ya? Makan apa
dia kok bisa menciptakan sesuatu yang begitu hebat di dunia ini? sepertinya
Jepang negara kecil di banding Indonesia? apa yang membuat Jepang bisa begitu
jaya di dunia ini?
Inilah 10 resep mengapa orang jepang begitu hebat dan
pintar-pintar:
1. KERJA KERAS
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah
pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun,
sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911
jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun).
Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil
dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat
mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan
pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu
yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai
tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan. Di kampus, professor
juga biasa pulang malam (tepatnya pagi ), membuat mahasiswa nggak enak pulang
duluan.
Fenomena Karoshi (mati karena kerja keras) mungkin hanya ada
di Jepang. Sebagian besar literatur menyebutkan bahwa dengan kerja keras inilah
sebenarnya kebangkitan dan kemakmuran Jepang bisa tercapai.
2. BUDAYA BACA
Nah ini.. salah satu yg membedakan karakter orang Indonesia
dan Jepang.
Jangan kaget kalau kamu datang ke Jepang dan masuk ke densha
(kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa
sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang
memanfaatkan waktu di densha untuk membaca.
Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar)
untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran
Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca
masyarakat semakin tinggi. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh
kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis,
jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai
pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang
sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia
dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.
3. MALU
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang.
Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era
samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran.
Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena
“mengundurkan diri” bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat
masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin
adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau
tidak naik kelas.
Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan
memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di
tengah jalan. Bagaimana mereka secara otomatis langsung membentuk antrian dalam
setiap keadaan yang membutuhkan, pembelian ticket kereta, masuk ke stadion
untuk nonton sepak bola, di halte bus, bahkan untuk memakai toilet umum di
stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi menunggu giliran. Mereka malu terhadap
lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah
menjadi kesepakatan umum.
4. HIDUP HEMAT
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian.
Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan.
Jangan heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di
supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi
hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai
separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui
bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.
Contoh lain adalah para ibu rumah tangga yang rela naik
sepeda menuju toko sayur agak jauh dari rumah, hanya karena lebih murah 20 atau
30 yen. Banyak keluarga Jepang yang tidak memiliki mobil, bukan karena tidak
mampu, tapi karena lebih hemat menggunakan bus dan kereta untuk bepergian.
Termasuk admin dulu sempat berpikir kenapa pemanas ruangan
menggunakan minyak tanah yang merepotkan masih digandrungi, padahal sudah cukup
dengan AC yang ada mode dingin dan panas. Alasannya ternyata satu, minyak tanah
lebih murah daripada listrik. Professor Jepang juga terbiasa naik sepeda tua ke
kampus, bareng dengan mahasiswa-mahasiswa nya.
5. LOYALITAS
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan
dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa,
sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya
bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari
Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang
kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core
business) perusahaan.
Kota Hofu mungkin sebuah contoh nyata. Hofu dulunya adalah
kota industri yang sangat tertinggal dengan penduduk yang terlalu padat.
Loyalitas penduduk untuk tetap bertahan (tidak pergi ke luar kota) dan punya komitmen
bersama untuk bekerja keras siang dan malam akhirnya mengubah Hofu menjadi kota
makmur dan modern. Bahkan saat ini kota industri terbaik dengan produksi
kendaraan mencapai 160.000 per tahun.
6. INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai
kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk
yang diminati oleh masyarakat.
Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony
Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya
dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan
dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama
puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai
tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total
produksi mencapai 150 juta produk.
Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan
orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan
inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan
murah. Mobil yang dihasilkan juga relatif lebih murah, ringan, mudah
dikendarai, mudah dirawat dan lebih hemat bahan bakar.
Perusahaan Matsushita Electric yang dulu terkenal dengan
sebutan “maneshita” (peniru) punya legenda sendiri dengan mesin pembuat
rotinya. Inovasi dan ide dari seorang engineernya bernama Ikuko Tanaka yang
berinisiatif untuk meniru teknik pembuatan roti dari cheef di Osaka
International Hotel, menghasilkan karya mesin pembuat roti (home bakery) bermerk
Matsushita yang terkenal itu.
7. PANTANG MENYERAH
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan
banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang
menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi.
Ketika restorasi Meiji (Meiji Ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi
dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang
menyerah.
Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji
besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk
Indonesia. Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30%
wilayah Jepang akan gelap gulita.
Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom
atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi
dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak habis. Dalam
beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan
bahkan juga kereta cepat (shinkansen).
Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang
usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun
1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga
menjadi kerajaan bisnis di era kekinian.
Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika
menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi
akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan
teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di
Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan admin akan kupas
lebih jauh tentang ini
8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja
yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya
ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia
kerja, kondisi kampus dengan laboratorium penelitiannya juga seperti itu,
mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam
kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang.
Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah
dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak
akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok”.
Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi”
adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam
“rin-gi”.
9. MANDIRI
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Anak-anak
TK di Jepang harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan
makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang
menggantung di lehernya. Di Jepang setiap anak dilatih untuk membawa
perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri.
Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar
tidak meminta biaya kepada orang tua. Mahasiswa-mahasiswa di Jepang
mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari.
Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti
mereka kembalikan di bulan berikutnya.
10. JAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa
Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah
untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf
masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang
dan menabrak pejalan kaki, maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang
minta maaf duluan.
Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata
“tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus
hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena ”hai” belum tentu “ya”
bagi orang Jepang.
Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di
Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah,
tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya.
Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak
yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih
bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang
tertinggi di dunia.
Mungkin seperti itu 10 resep sukses yang bisa dirangkum.
Bangsa Indonesia punya hampir semua resep orang Jepang diatas, hanya mungkin
kita belum mengasahnya dengan baik. Di Jepang, mahasiswa Indonesia termasuk
yang unggul dan bahkan mengalahkan mahasiswa Jepang. Orang Indonesia juga
memenangkan berbagai award berlevel internasional.
Kita yakin ada faktor “non-teknis” yang membuat Indonesia agak
terpuruk dalam teknologi dan ekonomi.
Mari kita bersama mencari solusi untuk berbagai permasalahan republik ini.
Dan terakhir kita harus tetap mau belajar dan menerima kebaikan dari siapapun juga.
Semoga bermanfaat bagi kita semua..
Mari kita bersama mencari solusi untuk berbagai permasalahan republik ini.
Dan terakhir kita harus tetap mau belajar dan menerima kebaikan dari siapapun juga.
Semoga bermanfaat bagi kita semua..
download kamus kanji jepang free
kali ini gue akan bagi bagi aplikasi buat ente ente belajar kanji jepang .. tenang aja filenya kecil bro
abis itu tinggalin jejak bro hehehe
kosakata jepang yang sering muncul di anime
kata kata yng sering keluar di anime
susumu : maju
nani : apa
nande : kenapa
naze : kenapa
nazenara : karena
damare : diam(kasar)
urusai : berisik / diam
anata : anda
omae : kau
kimi : kamu
naraba : baiklah/kalau begitu
shingeki : serangan
hikari : sinar/cahaya , lebih familiar sinar/terang
akari : cahaya
yami : gelap/bayangan
me : mata
sono : itu
sore : itu
kono : ini
nukenin : ninja pelarian
inoichi : ninja wanita
sihippai : gagal
onna : wanita
echi : bugil
ore : aku
watashi : saya
kotae : jawaban
kokoa : kita
omaetachi : kalian
omaera : kalian
kimi tachi : kalian
ware - ware : kita
daredemo : siapapun
chingau : bukan/salah
lie : bukan/tidak
hai : ya
ichizoku : klan
kodomo : anak kecil
janai : bukan
doko : mana
buki : senjata
yume : mimpi
sikashi : tapi
demo : tapi
mate : tunggu
chotto mate : tunggu sebentar
yakusoku : janji
so : jadi / begitu ya
ko : anak
asoko : di sana
basho : tempat
ikimasho : mari berangkat
tobi : lompatan
kurenai : merah tua
aoi : biru
sora : langit
chidori : kicauan burung
namae : nama
kisama : kau
purofessaa : profesor / guru besar
ho : kobaran api
bunshin : kembaran
jibun : diri
same : hiu
katusu : menang
senso : perang
nanimo : apapun
moi : cukup
nanimonai : bukan apapun
washira : saya
sasuke : prajurit
kekai : penghalang
dikai : mengerti
sinpai : khawatir
nara : lalu
yashashi : baik hati
satono : desa , kampung
sate : lalu , kemudian , selanjutnya
mirai : masa depan
opai : payudara
kamen : topeng
baka : bodoh
no tame ni : untuk
kokoro : hati
tomo : teman
yatsua : mereka
aitsu : dia
boku : aku
shinjitsu : percaya
aishiteru : cinta padamu
taicho : kapten
onaji : sama
dosta : ada apa
wakarimas : mengerti
wakatta : mengerti
makaseru : serahkan
ubawa : merampas
uragiri : mengkhianati
warau : tertawa
honto : sungguh - sungguh
akirame : menyerah
taga : tetapi
katana : pedang
ano : itu
yamero : hentikan
kurabe : dibandingkan
nichan : kakak
haji : malu
hajime : mulai
hajimari : mari mulai
gozen : pagi
ohayu : sore
sutchoo : selalu
ittami : sakit/kesakitan
soste : dan
okhasii : lucu
chikara : kekuatan
senpai : senior
tashikani : memang benar
fuzakeruna : jangan bercanda
mamoru : melindungi
shinda : mati
sekai : dunia
hayai : cepat
yowai : lemah
tsuyoi : kuat
takara : karena itulah
kouzou : bocah
hebi : ular
taka : elang
kuru : datang
kizu : luka
kon : kali ini
haha : ibu
chichi : ayah
kai : lepas
chibi : anjing
kachan : ibu
tocha : ayah
otosan : ayah
misete : tunjukan
ima : sekarang
hayaku : cepat!
sayonara : selamat tinggal
mada : masih
madada : masih belum
sugoi : menakjubkan
susumu : maju
nani : apa
nande : kenapa
naze : kenapa
nazenara : karena
damare : diam(kasar)
urusai : berisik / diam
anata : anda
omae : kau
kimi : kamu
naraba : baiklah/kalau begitu
shingeki : serangan
hikari : sinar/cahaya , lebih familiar sinar/terang
akari : cahaya
yami : gelap/bayangan
me : mata
sono : itu
sore : itu
kono : ini
nukenin : ninja pelarian
inoichi : ninja wanita
sihippai : gagal
onna : wanita
echi : bugil
ore : aku
watashi : saya
kotae : jawaban
kokoa : kita
omaetachi : kalian
omaera : kalian
kimi tachi : kalian
ware - ware : kita
daredemo : siapapun
chingau : bukan/salah
lie : bukan/tidak
hai : ya
ichizoku : klan
kodomo : anak kecil
janai : bukan
doko : mana
buki : senjata
yume : mimpi
sikashi : tapi
demo : tapi
mate : tunggu
chotto mate : tunggu sebentar
yakusoku : janji
so : jadi / begitu ya
ko : anak
asoko : di sana
basho : tempat
ikimasho : mari berangkat
tobi : lompatan
kurenai : merah tua
aoi : biru
sora : langit
chidori : kicauan burung
namae : nama
kisama : kau
purofessaa : profesor / guru besar
ho : kobaran api
bunshin : kembaran
jibun : diri
same : hiu
katusu : menang
senso : perang
nanimo : apapun
moi : cukup
nanimonai : bukan apapun
washira : saya
sasuke : prajurit
kekai : penghalang
dikai : mengerti
sinpai : khawatir
nara : lalu
yashashi : baik hati
satono : desa , kampung
sate : lalu , kemudian , selanjutnya
mirai : masa depan
opai : payudara
kamen : topeng
baka : bodoh
no tame ni : untuk
kokoro : hati
tomo : teman
yatsua : mereka
aitsu : dia
boku : aku
shinjitsu : percaya
aishiteru : cinta padamu
taicho : kapten
onaji : sama
dosta : ada apa
wakarimas : mengerti
wakatta : mengerti
makaseru : serahkan
ubawa : merampas
uragiri : mengkhianati
warau : tertawa
honto : sungguh - sungguh
akirame : menyerah
taga : tetapi
katana : pedang
ano : itu
yamero : hentikan
kurabe : dibandingkan
nichan : kakak
haji : malu
hajime : mulai
hajimari : mari mulai
gozen : pagi
ohayu : sore
sutchoo : selalu
ittami : sakit/kesakitan
soste : dan
okhasii : lucu
chikara : kekuatan
senpai : senior
tashikani : memang benar
fuzakeruna : jangan bercanda
mamoru : melindungi
shinda : mati
sekai : dunia
hayai : cepat
yowai : lemah
tsuyoi : kuat
takara : karena itulah
kouzou : bocah
hebi : ular
taka : elang
kuru : datang
kizu : luka
kon : kali ini
haha : ibu
chichi : ayah
kai : lepas
chibi : anjing
kachan : ibu
tocha : ayah
otosan : ayah
misete : tunjukan
ima : sekarang
hayaku : cepat!
sayonara : selamat tinggal
mada : masih
madada : masih belum
sugoi : menakjubkan
Pengenalan pada partikel(は、も、が)
Menentukan peran kata dengan partikel
Memanfaatkan apa yang telah dipelajari di bab sebelumnya, kita sekarang akan menghubungkan suatu nomina dengan nomina lain. Ini dilakukan dengan sesuatu yang disebut partikel. Partikel adalah satu atau dua huruf hiragana yang ditempelkan ke akhir kata untuk menentukan peran kata tersebut di kalimat. Menggunakan partikel yang benar sangatlah penting sebab arti kalimat bisa berubah drastis hanya dengan mengganti partikelnya. Contohnya, kalimat "Ikan makan." bisa menjadi "Makan ikan." hanya dengan mengganti satu partikel.
Partikel topik 「は」
Partikel pertama yang akan kita pelajari adalah partikel topik. Pada intinya, partikel topik menunjukkan apa yang sedang kamu bicarakan, dengan kata lain topik kalimatmu. Sebagai contoh, misal seseorang mengatakan "Bukan murid." Ini adalah kalimat yang sudah benar pada bahasa Jepang, namun tidak jelas siapa yang sedang dibicarakan kecuali kita mengikuti pembicaraannya dari awal. Nah, dengan partikel topik kita bisa menyatakan apa yang sebetulnya dibicarakan. Partikel ini adalah huruf 「は」. Perlu diingat bahwa walaupun partikel topik menggunakan huruf hiragana "ha", saat digunakan sebagai partikel topik pengucapannya selalu "wa".
Saat digunakan sebagai partikel topik, 「は」 dibaca "wa"! |
Contoh 1
ジャヤ: リナは学生?- Apakah kamu (Rina) murid?リナ: うん、学生。- Ya, saya murid.
Di sini, Jaya menggunakan 「は」 untuk menyatakan bahwa pertanyaannya adalah tentang Rina. Perhatikan bahwa Jaya tidak menggunakan 「だ」 di akhir pertanyaan, karena memang 「だ」 tidak boleh digunakan untuk membuat pertanyaan. Berikutnya, perhatikan bahwa Rina tidak menyebutkan topik apapun di jawabannya. Topiknya telah dibuat jelas oleh Jaya, sehingga Rina tidak perlu mengulangnya lagi. Terakhir, walaupun Rina tidak menggunakan deklaratif 「だ」, mungkin pengguna laki-laki akan lebih memilih untuk menggunakannya supaya terdengar tegas.
Contoh 2
ジャヤ: アンドレは明日?- Apakah Andre besok?リナ: 明日じゃない。- Bukan besok.
Karena konteksnya kurang, kita tidak punya informasi cukup untuk sepenuhnya memahami percakapan ini. Tentu saja, tidak mungkin bahwa yang dimaksud itu "Andre adalah besok." karena seseorang tidak mungkin menjadi "besok". Kalau ada konteksnya, asalkan kalimatnya berhubungan dengan Andre dan besok, artinya bisa bermacam-macam. Contohnya, mereka bisa saja membicarakan tentang kapan ujian diselenggarakan.
Contoh 3
リナ: 今日は試験だ。- Hari ini ujian.ジャヤ: アンドレは? - Bagaimana mengenai Andre?
リナ: アンドレは明日。 - Andre besok. (Mengenai Andre, ujiannya besok.)
Kita harus sadar bahwa konsep topik sangatlah umum. Suatu topik bisa saja secara tidak langsung mengacu pada suatu benda atau aksi lain. Sebagai contoh, pada kalimat terakhir contoh di atas, walaupun kalimatnya membicarakan mengenai kapan ujian untuk Andre, kata "ujian" tidak disebutkan!
Di akhir bab ini kita akan melihat suatu partikel yang mengikat kata secara lebih kencang ke kalimat yaitu partikel identifikasi.
Partikel inklusif 「も」
Partikel lain yang sangat mirip dengan partikel topik adalah partikel topik inklusif. Fungsinya pada dasarnya sama dengan partikel topik namun dengan arti tambahan "juga". Intinya, partikel tersebut menambahkan topik baru ke topik sebelumnya. Partikel topik inklusif ini adalah 「も」 dan cara yang paling baik untuk memahaminya adalah dengan contoh:
Contoh 1
ジャヤ: リナは学生?- Apakah kamu (Rina) murid?リナ: うん、ヘリも学生。- Ya, dan Heri juga murid.
Perhatikan bahwa Rina harus konsisten dengan inklusinya. Tidak masuk akal untuk mengatakan "Saya murid, dan Heri juga bukan murid." Untuk kasus tersebut Rina akan menggunakan partikel 「は」 untuk menghilangkan makna inklusi seperti pada contoh berikut:
Contoh 2
ジャヤ: リナは学生?- Apakah kamu (Rina) murid?リナ: うん、でもヘリは学生じゃない。- Ya, tapi Heri bukan murid.
Contoh 3
Ini juga salah satu kemungkinan:ジャヤ: リナは学生?- Apakah kamu (Rina) murid?
リナ: ううん、ヘリも学生じゃない。- Bukan, dan Heri juga bukan murid.
Kenapa Rina tiba-tiba membicarakan Heri, padahal Jaya hanya menanyakan Rina? Mungkin Heri sedang berdiri di sampingnya dan Rina ingin mengikutsertakannya dalam pembicaraan.
Partikel identifikasi 「が」
Kita bisa membuat topic menggunakan partikel 「は」 dan 「も」. Tapi bagaimana kalau kita tidak tahu topiknya? Bagaimana kalau saya ingin bertanya, "Siapa yang murid?". Kita perlu pengidentifikasi karena saya tidak tahu siapa muridnya. Kalau saya menggunakan partikel topik, maka pertanyaannya akan menjadi "Apakah siapa murid?", seakan-akan "siapa" adalah nama seseorang. Hal tersebut tidak masuk akal karena "siapa" itu sebetulnya bukan orang nyata.
Di sinilah partikel 「が」 berfungsi. Kadang-kadang 「が」 juga disebut partikel subjek tapi saya benci istilah tersebut karena konsep "subjek" di bahasa Indonesia jauh berbeda dengan fungsi 「が」. Saya kukuh akan menyebutnya partikel identifikasi karena memang itu fungsi sebenarnya, menunjukkan bahwa pembicara ingin mengidentifikasi sesuatu yang tidak diketahui.
Contoh 1
ジャヤ: 誰が学生?- Siapa yang murid?リナ: アンドレが学生。- Andre adalah yang murid.
Jaya ingin mengidentifikasi siapa yang merupakan murid di antara kandidat-kandidat yang mungkin. Rina menjawab bahwa orangnya adalah Andre. Perhatikan bahwa Rina bisa saja menjawab dengan partikel topik yang berarti bahwa, berbicara tentang Andre, dia tahu bahwa Andre adalah seorang murid (mungkin bukan si murid yang dicari). Perbedaannya bisa dilihat di contoh berikutnya.
Contoh 2
(1) 誰が学生? - Siapa yang murid?(2) 学生は誰?- Murid (itu) siapa?
Mudah-mudahan kamu bisa melihat bahwa (1) bertujuan mencari seseorang yang merupakan "murid" sedangkan (2) hanya membicarakan mengenai seorang murid. Kamu tidak bisa mengganti 「が」 dengan 「は」 pada (1) karena nanti "siapa" akan menjadi topik dan pertanyaanya menjadi "Apakah siapa murid?"
Partikel 「は」 dan 「が」 mungkin terlihat sangat mirip karena perbedaannya sukar diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Sebagai contoh, 「私は学生」 dan 「私が学生」 sama-sama menjadi "Saya murid."* jika diterjemahkan. Namun terjemahannya menjadi sama di bahasa Indonesia karena informasi mengenai konteks seringkali tidak bisa dinyatakan dengan ringkas seperti pada bahasa Jepang. Pada kalimat pertama 「私は学生」, karena topiknya adalah 「私」, maksud kalimatnya adalah "berbicara tentang saya, saya adalah murid". Namun di kalimat kedua 「私」 menentukan siapa yang merupakan 「学生」. Kalau kita ingin tahu siapa muridnya, partikel 「が」 memberitahu bahwa jawabannya adalah 「私」.
Kamu bisa membayangkan bahwa partikel 「が」 selalu menjawab suatu pertanyaan sunyi. Bayangkan kalimat 「私が学生」 merupakan respons pertanyaan seperti "Siapa yang murid?" Sebagai contoh lain, kalau ada kalimat 「アンドレが魚だ」, maka artinya kita menjawab pertanyaan seperti "Siapa yang ikan?" atau bahkan mungkin "Apa makanan yang disukai Andre?" Untuk kalimat 「これが車」, pertanyaannya bisa saja "Yang mana mobil?". Kalau kamu menggunakan cara berpikir yang benar, partikel 「は」 sebetulnya sangat beda dengan 「が」. Partikel 「が」 mengidentifikasi suatu benda yang ditanya-tanya sedangkan 「は」 hanya digunakan untuk mengangkat topik pembicaraan baru. Inilah alasannya kenapa di kalimat-kalimat panjang seringkali topiknya dipisahkan dengan koma untuk menghilangkan ambiguitas mengenai bagian kalimat mana saja yang dicakup suatu topik.
Menyatakan "adalah" dan "bukanlah"
Menyatakan sesuatu memang sesuatu menggunakan 「だ」
Di bahasa Jepang, kita bisa menyatakan bahwa sesuatu memang seperti itu dengan menempelkan hiragana 「だ」 hanya ke nomina (kata benda) atau adjektiva-na (kata sifat na). Kamu akan mengerti maksud dari batasan tersebut saat nanti kita belajar berbagai macam adjektiva.
Kalau ingin sedikit analogi, bayangkan fungsi 「だ」 sebagaimana kata "adalah" pada kalimat "ini adalah ikan". Kata "adalah" menegaskan bahwa benda yang kita tunjuk itu memang merupakan ikan. Untuk adjektiva, kata yang lebih cocok adalah "bersifat", contohnya pada kalimat "dia bersifat cantik".
Menyatakan bahwa sesuatu memang begitu menggunakan 「だ」
- Tempelkan 「だ」 ke nomina atau adjektiva-na
- (1) 魚。 - Ikan.
- (2) 魚だ。 - Adalah ikan.
- (3) きれい。 - Cantik.
- (4) きれいだ。 - Bersifat cantik.
Keadaan benda bisa dinyatakan tanpa menggunakan 「だ」! |
Ini bukanlah hal yang asing juga di bahasa Indonesia. Di bahasa kita sendiri, kalimat "ini ikan" sudah bisa dimengerti tanpa perlu kata "adalah". Pada bahasa Indonesia, kata "adalah" membuat kalimatnya terdengar lebih formal sehingga penggunaannya lebih untuk bahasa tertulis maupun pidato. Tidak ada aspek jenis kelamin maupun kesopanan. Namun di bahasa Jepang nuansa yang diberikan jauh berbeda. Keberadaan 「だ」 membuat kalimatnya terdengar lebih tegas, memaksa, dan dengan kata lain deklaratif. Oleh karenanya, yang lebih sering menggunakan 「だ」 di akhir kalimat adalah laki-laki. Di bahasa Jepang, gaya bahasa tegas juga berarti tidak sopan. Oleh karenanya, saat nanti belajar gaya bahasa sopan kita akan melihat bahwa 「だ」 tidak digunakan sebagai akhiran kalimat. Terakhir, karena 「だ」 hanya digunakan untuk membuat pernyataan, kamu tidak bisa menggunakannya saat bertanya.
Deklaratif 「だ」 juga diperlukan di berbagai konstruksi yang mengharuskan keadaan benda dinyatakan dengan jelas. Ada juga kasus-kasus di mana kamu tidak boleh menempelkannya. Semuanya cukup merepotkan tapi untuk saat ini kamu belum perlu memikirkannya.
Konjugasi bentuk negatif
Di bahasa Jepang, bentuk negatif dan lampau dinyatakan melalui perubahan bentuk atau konjugasi. Nomina dan adjektiva bisa dikonjugasi ke bentuk negatif untuk menyatakan bahwa sesuatu bukan X dan ke bentuk lampau untuk menyatakan bahwa sesuatu dulunya X. Mungkin kedengarannya aneh, tapi konjugasi-konjugasi tersebut tidak memiliki konotasi deklaratif sebagaimana 「だ」. Di bab lain kita akan belajar bagaimana menggabungkan konjugasi tersebut dengan 「だ」 untuk membuatnya deklaratif.
Pertama, untuk bentuk negatif, kamu hanya perlu menempelkan 「じゃない」 ke nomina atau adjektiva-na. Pada bahasa Indonesia, ini akan menjadi "bukan" seperti pada "ini bukan ikan" atau "tidak" seperti pada "dia tidak cantik".
Aturan konjugasi untuk bentuk negatif
- Tempelkan 「じゃない」 ke nomina atau adjektiva-na
(例) 友達 → 友達じゃない (bukan teman)
(例) きれい → きれいじゃない (tidak cantik)
Contoh
(1) 魚じゃない。- Bukan ikan.(2) 学生じゃない。- Bukan murid.
(3) 静かじゃない。- Tidak hening.
Konjugasi bentuk lampau
Di bahasa Indonesia, untuk menyatakan keadaan di masa lalu digunakan keterangan waktu seperti "tadi", "tahun lalu", "dulu", dan "waktu itu". Contohnya adalah "ujiannya kemarinmudah". Di bahasa Jepang, yang diperlukan adalah merubah katanya ke bentuk lampau. Pada contoh sebelumnya, "mudah" harus dikonjugasi ke bentuk lampau. Jadi walaupun kamu sudah menggunakan keterangan waktu, kamu tetap harus merubah katanya ke bentuk lampau.
Untuk mengatakan bahwa sesuatu dulunya sesuatu, 「だった」 ditempelkan ke nomina atau adjektiva-na. Kita akan secara bebas menggunakan penanda waktu "dulu" maupun "waktu itu" sebagai terjemahannya.
Untuk mengatakan bentuk negatif lampau (dulunya bukan), bentuk negatifnya dikonjugasi menjadi bentuk negatif lampau dengan membuang 「い」 dari 「じゃない」 dan menambahkan 「かった」.
Aturan konjugasi untuk bentuk lampau
- Bentuk lampau: Tempelkan 「だった」 ke nomina atau adjektiva-na
(例) 友達 → 友達だった (dulu teman)
(例) きれい → きれいだった (dulu cantik) - Bentuk lampau negatif: Konjugasikan nomina atau adjektiva-na ke bentuk negatif lalu ganti 「い」 pada 「じゃない」 dengan 「かった」
(例) 友達 → 友達じゃない → 友達じゃなかった (dulu bukan teman)
(例) きれい → きれいじゃない → きれいじゃなかった (dulu tidak cantik)
(1) 魚だった。- Dulunya ikan.
(2) 学生じゃなかった。- Dulu bukan murid.
(3) 静かじゃなかった。- Waktu itu tidak hening.
(2) 学生じゃなかった。- Dulu bukan murid.
(3) 静かじゃなかった。- Waktu itu tidak hening.
Ringkasan
Kita telah belajar mengkonjugasikan keadaan benda ke empat bentuk yang mungkin. Berikutnya kita akan belajar beberapa partikel, yang memungkinkan kita memberikan peran pada kata. Inilah tabel ringkasan konjugasi yang dipelajari di bab ini.
Positif | Negatif | |||
---|---|---|---|---|
Taklampau | 魚(だ) | Adalah ikan | 魚じゃない | Bukan ikan |
Lampau | 魚だった | Dulu ikan | 魚じゃなかった | Dulu bukan ikan |