- Back to Home »
- education »
- Mengapa orang Jepang pintar pintar dan maju
Posted by : Ferdy Yuki
Wednesday, 30 November 2016
Mengapa orang Jepang itu pada pinter-pinter ya? Makan apa
dia kok bisa menciptakan sesuatu yang begitu hebat di dunia ini? sepertinya
Jepang negara kecil di banding Indonesia? apa yang membuat Jepang bisa begitu
jaya di dunia ini?
Inilah 10 resep mengapa orang jepang begitu hebat dan
pintar-pintar:
1. KERJA KERAS
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah
pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun,
sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911
jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun).
Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil
dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat
mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan
pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu
yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai
tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan. Di kampus, professor
juga biasa pulang malam (tepatnya pagi ), membuat mahasiswa nggak enak pulang
duluan.
Fenomena Karoshi (mati karena kerja keras) mungkin hanya ada
di Jepang. Sebagian besar literatur menyebutkan bahwa dengan kerja keras inilah
sebenarnya kebangkitan dan kemakmuran Jepang bisa tercapai.
2. BUDAYA BACA
Nah ini.. salah satu yg membedakan karakter orang Indonesia
dan Jepang.
Jangan kaget kalau kamu datang ke Jepang dan masuk ke densha
(kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa
sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang
memanfaatkan waktu di densha untuk membaca.
Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar)
untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran
Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca
masyarakat semakin tinggi. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh
kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis,
jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai
pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang
sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia
dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.
3. MALU
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang.
Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era
samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran.
Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena
“mengundurkan diri” bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat
masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin
adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau
tidak naik kelas.
Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan
memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di
tengah jalan. Bagaimana mereka secara otomatis langsung membentuk antrian dalam
setiap keadaan yang membutuhkan, pembelian ticket kereta, masuk ke stadion
untuk nonton sepak bola, di halte bus, bahkan untuk memakai toilet umum di
stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi menunggu giliran. Mereka malu terhadap
lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah
menjadi kesepakatan umum.
4. HIDUP HEMAT
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian.
Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan.
Jangan heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di
supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi
hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai
separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui
bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.
Contoh lain adalah para ibu rumah tangga yang rela naik
sepeda menuju toko sayur agak jauh dari rumah, hanya karena lebih murah 20 atau
30 yen. Banyak keluarga Jepang yang tidak memiliki mobil, bukan karena tidak
mampu, tapi karena lebih hemat menggunakan bus dan kereta untuk bepergian.
Termasuk admin dulu sempat berpikir kenapa pemanas ruangan
menggunakan minyak tanah yang merepotkan masih digandrungi, padahal sudah cukup
dengan AC yang ada mode dingin dan panas. Alasannya ternyata satu, minyak tanah
lebih murah daripada listrik. Professor Jepang juga terbiasa naik sepeda tua ke
kampus, bareng dengan mahasiswa-mahasiswa nya.
5. LOYALITAS
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan
dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa,
sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya
bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari
Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang
kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core
business) perusahaan.
Kota Hofu mungkin sebuah contoh nyata. Hofu dulunya adalah
kota industri yang sangat tertinggal dengan penduduk yang terlalu padat.
Loyalitas penduduk untuk tetap bertahan (tidak pergi ke luar kota) dan punya komitmen
bersama untuk bekerja keras siang dan malam akhirnya mengubah Hofu menjadi kota
makmur dan modern. Bahkan saat ini kota industri terbaik dengan produksi
kendaraan mencapai 160.000 per tahun.
6. INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai
kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk
yang diminati oleh masyarakat.
Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony
Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya
dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan
dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama
puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai
tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total
produksi mencapai 150 juta produk.
Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan
orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan
inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan
murah. Mobil yang dihasilkan juga relatif lebih murah, ringan, mudah
dikendarai, mudah dirawat dan lebih hemat bahan bakar.
Perusahaan Matsushita Electric yang dulu terkenal dengan
sebutan “maneshita” (peniru) punya legenda sendiri dengan mesin pembuat
rotinya. Inovasi dan ide dari seorang engineernya bernama Ikuko Tanaka yang
berinisiatif untuk meniru teknik pembuatan roti dari cheef di Osaka
International Hotel, menghasilkan karya mesin pembuat roti (home bakery) bermerk
Matsushita yang terkenal itu.
7. PANTANG MENYERAH
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan
banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang
menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi.
Ketika restorasi Meiji (Meiji Ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi
dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang
menyerah.
Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji
besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk
Indonesia. Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30%
wilayah Jepang akan gelap gulita.
Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom
atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi
dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak habis. Dalam
beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan
bahkan juga kereta cepat (shinkansen).
Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang
usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun
1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga
menjadi kerajaan bisnis di era kekinian.
Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika
menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi
akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan
teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di
Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan admin akan kupas
lebih jauh tentang ini
8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja
yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya
ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia
kerja, kondisi kampus dengan laboratorium penelitiannya juga seperti itu,
mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam
kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang.
Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah
dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak
akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok”.
Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi”
adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam
“rin-gi”.
9. MANDIRI
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Anak-anak
TK di Jepang harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan
makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang
menggantung di lehernya. Di Jepang setiap anak dilatih untuk membawa
perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri.
Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar
tidak meminta biaya kepada orang tua. Mahasiswa-mahasiswa di Jepang
mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari.
Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti
mereka kembalikan di bulan berikutnya.
10. JAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa
Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah
untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf
masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang
dan menabrak pejalan kaki, maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang
minta maaf duluan.
Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata
“tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus
hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena ”hai” belum tentu “ya”
bagi orang Jepang.
Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di
Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah,
tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya.
Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak
yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih
bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang
tertinggi di dunia.
Mungkin seperti itu 10 resep sukses yang bisa dirangkum.
Bangsa Indonesia punya hampir semua resep orang Jepang diatas, hanya mungkin
kita belum mengasahnya dengan baik. Di Jepang, mahasiswa Indonesia termasuk
yang unggul dan bahkan mengalahkan mahasiswa Jepang. Orang Indonesia juga
memenangkan berbagai award berlevel internasional.
Kita yakin ada faktor “non-teknis” yang membuat Indonesia agak
terpuruk dalam teknologi dan ekonomi.
Mari kita bersama mencari solusi untuk berbagai permasalahan republik ini.
Dan terakhir kita harus tetap mau belajar dan menerima kebaikan dari siapapun juga.
Semoga bermanfaat bagi kita semua..
Mari kita bersama mencari solusi untuk berbagai permasalahan republik ini.
Dan terakhir kita harus tetap mau belajar dan menerima kebaikan dari siapapun juga.
Semoga bermanfaat bagi kita semua..