- Back to Home »
- education »
- Kebiasaan Orang Jepang Dalam Sehari Hari
Posted by : Ferdy Yuki
Thursday, 1 December 2016
Jepang terkenal dengan kedisiplinannya. Itulah kenapa saya
sangat memimpikan untuk bisa berangkat kesana, baik untuk bekerja maupun untuk
belajar atau sekedar berlibur. Saya sangat ingin pergi ke Jepang! Back to
Basic, tatakrama orang jepang, dari mana itu bisa terbentuk?? Silahkan baca
artikel dibawah ini:
Pendidikan moral di dalam bahasa Jepang disebut
‘Doutokukyouiku‘. Kata doutoku berarti moral dan kyouiku berarti pendidikan.
Kata ‘Doutoku‘ terdiri dari dua kata yaitu ‘dou‘ yang berarti jalan dan kata
‘toku‘ yang berarti virtue atau kebaikan. Penggunaan kata ‘dou‘ dalam
terminologi Jepang banyak sekali, misalnya judou, kendou, akidou (olahraga
tradisional Jepang), shodou (kaligrafi), sadou (tradisi minum teh) yang dalam
pemahaman orang Jepang memerlukan ketekunan untuk mencapai taraf tertinggi.
Demikian pula moral atau kebaikan, memerlukan ketekunan untuk menemukan ‘jalan’
mencapainya.
Karenanya, pendidikan moral di sekolah-sekolah di Jepang
tidak diajarkan sebagai sebuah mata pelajaran khusus, tetapi diintegrasikan
dalam semua mata pelajaran (kalo ditempat Indonesia jelas terpisah, misal
pelajaran PPKn/ PMP).
Secara khusus wali kelas bertanggung jawab untuk
mendiskusikan aturan kelas, aturan bermain bersama, atau hubungan kerjasama
antaranggota kelas dalam 35 jam setiap tahun di SD dan SMP. Dalam pelajaran
lain seperti seikatsuka atau pendidikan tentang kehidupan sehari-hari, siswa SD
diajari tatacara menyeberang jalan, adab di dalam kereta, yang tidak saja
berupa teori, tetapi guru juga mengajak mereka untuk bersama naik kereta dan
mempraktikkannya. Wali kelas juga menyampaikan kasus pelanggaran, dan mengajak
siswa untuk mendiskusikan pemecahannya. Pendidikan moral di SMA selanjutnya
menjadi pendidikan kewarganegaraan. Pembekalan prinsip dasar hidup yang kuat di
masa pendidikan dasar inilah yang membuat kedisiplinan dan keteraturan dalam
masyarakat Jepang.
Berikut beberapa contoh Tatakrama dalam kehidupan masyarakat
Jepang :
1) Tatakrama ketika makan
Tatakrama makan merupakan suatu keharusan. Dari set
peralatan makan yang tetap untuk tiap orang, pengaturan tempat duduk yang sudah
jelas (posisi tempat duduk tiap anggota keluarga), dan paling penting ungkapan
yang harus diucapkan sebelum dan sesudah makan
Orang Jepang selalu mengucapkan “itadakimasu” sebelum acara
makan disertai dengan menangkupkan kedua tangan seperti berdoa. Meskipun
kemudian kadang hanya mengucapkan “itadakimasu” tanpa menangkupkan kedua
tangannya. Pasangan dari “itadakimasu” adalah “gochisosama”, yang biasa
diucapkan segera setelah selesai makan.
sumber
Ini menunjukkan orang Jepang selalu bersyukur akan semua
yang telah didapatnya. Kalau muslim, biasanya membaca “Bismillah” sebelum
melakukan sesuatu termasuk makan dan “Alhamdulillah” setelah selesai melakukan
sesuatu termasuk makan sebagai rasa syukur.
2) Adab memperkenalkan diri dalam bisnis
Orang jepang menggunakan Kartu nama bisnis (meishi/名刺),
biasanya mempunyai dua sisi yang menampilkan data diri si pemilik. Sisi depan
dengan bahasa Jepang sedangkan di sisi belakangnya dengan alfabet atau bahasa
Inggris. Berikut tata cara bertukar kartu nama bisnis yang berlaku di Jepang:
Pertukaran kartu nama bisnis dilakukan berdiri.
Yang menyerahkan kartu nama lebih dahulu adalah tamu, yang lebih
muda, atau lebih rendah jabatannya.
Jika ada seorang yang memperkenalkan, maka yang lebih dulu
menyerahkan kartu nama adalah yang diperkenalkan duluan.
Menyerahkan kartu nama milik sendiri dengan tangan kanan.
Menerima kartu nama orang dengan kedua tangan.
Setelah Anda menghapalkan nama, jabatan, dan nama perusahaan
orang tersebut, simpanlah kartu namanya di dalam tempat kartu nama (meishi ire/
名刺入れ).
Jika menerima kartu nama dari beberapa orang sekaligus,
boleh membariskan kartu nama mereka di atas meja untuk menghapalkan. Tetapi
tidak boleh lama-lama. Setelah itu segera simpan kartu nama di dalam tempat
kartu nama yang disebut meishi ire / 名刺入れ. Menyimpan kartu nama orang lain
langsung di dalam saku itu tidak sopan. Apalagi menyimpan dikantong celana
belakang itu adalah merendahkan.
Mencatat sesuatu di atas kartu nama orang lain saat orangnya
ada di depan kita juga tidak sopan. Jikan ingin mencatat sesuatu, lakukan
setelah orang itu sudah pergi.
Sumber
3. Adab di tempat umum
Orang Jepang sangat menjaga kesopanan. Mereka mematuhi
norma-norma, misalnya tidak menelepon, berbicara keras, dan beberapa tindakan
yang mengganggu orang lain. Kerapihan, ketertiban dan kedisiplinan warga Jepang
memang patut diacungi Jempol. Bahkan saat mengantri masuk ke dalam kereta.
Tidak ada yang berebut, anak kecil pun berdiri sabar menunggu giliran (berbeda
sekali dengan di tempat kita, bahkan kadang ada saja bapak-bapak merokok
disamping kita tanpa wajah berdosa)
4. Tatakrama menghormati orang lain
Meskipun mengucapkan salam sambil membungkuk dalah hal yang
amat sering kita lihat di Jepang. Sikap semakin membungkuk menunjukkan derajat
hormat seseorang dan semakin menghormati orang lain.
5. Adab bersikap dan etika umum lainnya yang merupakan
kelebihan Jepang:
HADIAH :
Dalam kehidupan sosial bangsa Jepang, memberi dan menerima
hadiah adalah bagian yang penting, kadang sebagai tanda terima kasih. Hadiah
biasanya tidak langsung dibuka dihadapan pemberi hadiah.
CARA DUDUK :
Dalam ruangan tatami, biasanya tidak terdapat kursi atau
bangku. Tata-krama Jepang mengharuskan pria/ wanita duduk dengan kaki dilipat
dalam suasana formil. Setelah beberapa saat, bila kaki kita sudah terasa
kesemutan, wanita dapat duduk menyamping dan pria dapat duduk bersila.
MASKER :
Gunakanlah masker waktu terserang Flu, supaya tidak
menularkan kepada Orang Lain. Makanya kita sering melihat orang Jepang memakai
masker
AJAKAN DATANG KE RUMAH :
Kalau mendapatkan ajakan main ke rumah (asobini kite
kudasai) untuk pertama kali, sebaiknya kita menolak dengan mengucapkan terima
kasih. Seringkali ajakan tersebut bukan ajakan yang sebenarnya. Apabila tuan
rumah memang serius hendak mengundang, maka ia akan mengulangi ajakan tersebut.
Untuk yang ketiga kalinya, barulah kita menerima ajakan atau undangan main tersebut
dengan membuat janji.
BERKUNJUNG :
Bila tuan rumah hanya mengundang satu orang saja, maka
sebaiknya tidak mengajak teman waktu berkunjung. Bawalah sekedar oleh-oleh,
ketuklah pintu tidak lebih dari 2 kali, kalau tidak terdengar ulangi sekali
lagi. Tinggalkan sepatu yang kita pakai dalam keadaan terjejer rapi, dan untuk
pelayanan kepada tamu, biasanya nyonya rumah akan merapikan letak sepatu kita
menghadap ke luar rumah agar kita dapat segera menggunakannya kembali saat
meninggalkan rumah.
TOILET :
Apapun jenisnya tidak tersedia gayung ataupun ember untuk
menyiram di dalam toilet, Gunakanlah kertas toilet yang tersedia untuk
membersihkan diri, sehingga tidak membasahi toilet yang biasanya selalu dalam
keadaan kering.
MENJADI TETANGGA BARU :
Ketika baru saja menempati rumah atau apartment baru,
menyempatkan diri memperkenalkan diri kepada tetangga. Sebaiknya kalau
bisa,dengan membawa hadiah seperti handuk atau sabun yang dibungkus rapi.
Utamakan tetangga bawah dulu, kemudian tetangga kanan dan kiri. Alasannya,
tetangga bawah kita adalah tetangga yang kemungkinan besar paling terganggu
dengan suara-suara ketika kita sedang mengatur barang-barang pindahan.
NAIK SEPEDA DAN JALAN KAKI :
Di Tokyo jarang ada tempat parkir. Kalau pun ada, harganya
mahal. Dan jangan coba-coba parkir sembarangan, atau melebihi batas maksimal
waktu yang dibolehkan. Bisa-bisa mobil kita ditempeli surat oleh polisi. Sudah
irit tanpa bahan bakar bensin, juga badan jadi sehat. Sudah lazim di berbagai
gedung terdapat parkir sepeda. Mulai dari orang kecil sampai orang besar,
mereka biasa bersepeda. Di Jepang tidak ada istilah pamer motor atau mobil
bagus.
TIDAK MAU MENGAMBIL YANG BUKAN HAKNYA :
Masyarakat Jepang mempunyai kebiasaan baik, yaitu melaporkan
kepada polisi bila menemukan barang temuan atau barang hilang. Kalau ada orang
kehilangan dompet di tempat umum, 90 – 100% kemungkinan dompet itu akan kembali
kepada kita. Terutama bila ada kartu nama atau ID card-nya.
MENGHARGAI TENAGA MANUSIA :
Di Jepang, Hampir semua tenaga kerja dibayar mahal dan
katanya kalau mau saja, seseorang boleh kerja parttime dan dibayar dengan upah
besar yang bisa buat berlibur ke pulau Bali. Dan yang paling menarik, perbedaan
nilai gaji pegawai rendahan atau kuli bangunan tidak terpaut terlalu jauh
dengan gaji pejabat tinggi. Makanya sangat jarang terjadi demo kenaikan upah
atau menuntut kesejahteraan di Jepang sebab semua kebutuhan buruh terpenuhi.
BUDAYA MALU:
Di Jepang, Semua punya budaya malu yang tinggi, misalnya ada
pejabat yang merasa gagal dalam memegang dan menjalankan amanah, mereka tidak
segan-segan mengundurkan diri karena rasa malu.
MEMINTA MAAF DAN TERIMA KASIH :
Orang Jepang juga terkenal sopan dan ramah misalnya mereka
sedikit menyenggol ketika di jalan spontan mereka bilang “sumimasen” untuk
meminta maaf (meskipun bukan kesalahan mereka). Atau penjaga tiket setelah
memeriksa tiket kita, mereka selalu berterima kasih sambil membungkuk.